• Replace This Text With Your Featured Post 1 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 2 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 3 Description.
  • Replace This Text With Your Featured Post 4 Description.
Read more: http://pelajaran-blog.blogspot.com/2011/02/membuat-widget-gambar-slide-show.html#ixzz1zR5sFxpR

searchbox

Jumat, 29 Mei 2009

Sang Bapak IAIN Walisongo

Selasa, 17 Juli 2007 menjadi hari naas bagi IAIN Walisongo Semarang. Statusnya berubah menjadi yatim piatu. Hari itu, Bapak sekaligus Ibu IAIN; Drs Soenarto Notowidagdo yang “mengandung dan melahirkan IAIN” dipanggil oleh Allah SWT. Beliau meninggal di usia 75 tahun. Untuk mengenang ke-tujuh hari wafatnya, Rabu, 25 Juli 2007, bertempat di Masjid Al-Fitrah Kampus II, dilaksanakanlah Dzikir Tahlil. Tidak kurang 50 orang dengan khidmat memohon agar “sang bapak” diterima disisi-Nya. Sayang, dari sekian ribu cucu, hanya ‘segelintir’ yang datang. Lainnya?
Sosok Soenarto kurang (tidak) dikenal oleh kebanyakan Mahasiswa IAIN. Jasa besarnya lapuk dimakan waktu. AMANAT mencoba menelusuri jasa dan kiprah Beliau .

Melahirkan Perguruan Tinggi
Soenarto bukan sarjana jebolan fakultas yang concern di bidang pendidikan. Ia ‘hanya’ alumni Fakultas Ilmu Politik UGM Yogakarta dengan nomor induk mahasiwa 61. Namun, bagi Soenarto, pendidikan menjadi bidang yang wajib dan ia tekuni selama ini. Perhatian dan perannya di dunia pendidikan sulit ditepis. Di usianya yang masih tergolong muda (26 tahun!), tepatnya pada 1958, Beliau sudah dipercaya sebagai Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif Jawa Tengah. Melalui gagasannya tentang pendidikan, setelah menjabat Bupati Kudus pada 1962, beliau mendirikan STA (Sekolah Tinggi Agama) di Kudus setahun kemudian. Selain itu, APP (Akademi Pimpinan Perusahaan) yang kemudian diubah menjadi STE (Sekolah Tinggi Ekonomi); kelak menjadi
Embrio Fakultas Ekonomi UMK (Universitas Muria Kudus) juga didirikan.
Sejarah pendirian IAIN, berawal saat Beliau menjabat Anggota Badan Pemerintah Harian Propinsi Jateng. Desember 1966, beliau mengumpulkan beberapa tokoh Jawa Tengah di rumahnya yang sejuk Jl. Seroja Barat No. 9 Semarang. Dirumah itulah, musyawarah untuk merintis pendirian Fakultas Syari’ah di Semarang dilakukan. Untuk mengawali, sepakat dibentuk dua badan. Badan bersifat edukatif, yang diketuai oleh Soenarto dan Yayasan untuk pengadaan dana.
Rencana besar Soenarto tidak berjalan mulus. Kedua tim mempunyai perbedaan pandangan secara prinsip mengenai status lembaga itu. Apakah berdiri independen atau menginduk ke IAIN Sunan Kalijaga?. Pimpinan tim yayasan “al-Jam’iyyah”, KH Ali Mahsyar, menghendaki Fakultas Syari’ah menginduk ke IAIN Sunan Kalijaga. Di pihak lain, Soenarto menghendaki Fakultas Syari’ah Semarang berdiri sendiri sebagai IAIN di Jawa Tengah.
Meski berselisih, kedua tokoh ini masih bisa berjalan bareng. Asumsi perlunya perguruan tinggi Islam di Jawa Tengah, mampu ‘menyatukan’ keduanya. Pasalnya penduduk Jateng mayoritas muslim.
Pada Pemilu 1955 PKI memperoleh suara terbanyak. Diduga Jawa Tengah adalah basis kuat PKI. Sehingga, untuk menangggulanginya perlu gerakan dan dakwah Islam. KH Ali Mahsyar berubah fikiran. Pendapat Soenarto dapat ia terima. Akhirnya, yayasan “al-Jam’iyyah” menyediakan gedung, kantor dan sarana perkuliahan untuk IAIN Walisongo.
Saat itu juga, Drs. Soenarto Notowidagdo mendapat persetujuan lisan Menteri Agama, KH. Moh. Dahlan, untuk membentuk panitia bernama Panitia Pendiri IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang. Dukungan Gubernur dan ketua DPR-GR berhasil ia kantongi.
Lewat keputusan Menteri Agama RI No. 40 tahun 1969 tertanggal Mei 1969, Panitia Pendiri IAIN Walisongo Jawa Tengah diresmikan sebagai Panitia Negara. Pada masa persiapan penegerian, yakni tahun 1968-1970, Soenarto menduduki kursi Rektor. Maka, keluarlah Keputusan Menteri Agama RI No. 30 dan 31 Tahun 1970. Dan sejak 6 April 1970, IAIN Walisongo resmi menjadi negeri. Diresmikan di gedung Balai Kota Madya Semarang.
Peresmian IAIN Walisongo, bagi Soenarto, pantas ia catat dengan garis bawah dan huruf tebal dalam sejarah hidupnya. Pasalnya, 6 April merupakan tangal kelahirannya. Tak dinyana, peresmian IAIN menjadi kado terspesial pada ulang tahun ke-38-nya.

Dibalas air tuba
Tepat. “Air susu dibalas dengan air tuba”. Dengan susah payah, Soenarto sejak 1958, mengandung bayi perguruan tinggi di Jawa Tengah. Gagasan dan jasa besarnya bagi pengembangan pendidikan di Jawa Tengah, oleh penguasa Orde Baru dibalas tuba.
Sunyinya “istana” jeruji besi ia terima dari pemerintah Orde Baru. Drs KH Slamet Hambali yang pernah diajarnya membenarkan ” ya, Beliau pernah dipenjara,” ujar Dosen Falak ini. Beliau dipenjara karena menolak bergabung dengan organisasi politik milik penguasa. Hal yang sulit kita temukan dewasa ini.
Parahnya, Beliau kemudian dituduh terkait PKI oleh Orde Baru! Ironis, padahal, karena khawatir dengan gerak PKI, untuk membendungnya Soenarto kerja ekstra mendirikan IAIN Walisongo.

Tiada hari tanpa buku
Di rumah bercat hijau di jalan Patriot H1 No 41, Soenarto tinggal. Menurut seorang karyawan administrasi istrinya, aktivitas beliau di rumah sering dihabiskan untuk membaca buku dan ngetik di depan komputer.
“Setelah ndosen, bapak ya di rumah,” ujarnya ketika AMANAT berkunjung di kediamannya. Keseriusan dan cintanya terhadap buku berbuah hasil. “Nurul Hikmah Wal Hidayah” adalah judul Kitab Tafsir Dakwah hasil bergelutnya dengan buku. Lebih dari 2000 literatur dari berbagai disiplin ilmu beliau lakoni untuk menyusun kitab yang terbagi 30 jilid tersebut. Semua itu berkat ketekunan membaca buku dan terus belajar, terutama tentang keislaman. Hasilnya, termasuk cukup brilian, meski kitab tersebut belum sempat diterbitkan.
Kini, 6 April lalu usia IAIN genap 37 tahun. Sudah berapa banyak mahasiswa menikmati hasil jerih payahnya di IAIN? Berapa banyak orang besar muncul berkat jasanya? Tapi sudahkah kita berupaya berterima kasih. Minimal, sekadar mengenal dan kirim do’a untuknya? Terima kasih untuk sang Bapak, Soenarto Notowidagdo, semoga diterima disisi-Nya.
Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Didesain oleh Puskindo | Dipersembahkan untuk Sivitas Akademika - Universitas Muria Kudus